Setelah vakum lebih dari satu dekade, Cameron Diaz akhirnya balik ke layar lebar lewat film aksi-komedi Netflix berjudul Back in Action. Bareng Jamie Foxx, yang juga baru pulih dari masalah kesehatan serius, mereka berdua jadi pasangan mantan agen CIA yang hidup damai di pinggiran kota sampai masa lalu mereka kembali menghantui. Premisnya sih terdengar seru—spy parents yang harus kembali beraksi demi melindungi anak-anak mereka. Tapi, apakah film ini berhasil jadi tontonan yang memorable?
Film ini dibuka dengan aksi flashback 15 tahun lalu, saat Emily (Cameron Diaz) dan Matt (Jamie Foxx) sedang menjalankan misi berbahaya untuk mencuri sebuah perangkat bernama “The Key” dari seorang arms dealer bernama Balthazar Gor. Perangkat ini bisa mengendalikan sistem elektronik apa pun, termasuk reaktor nuklir—alias MacGuffin klasik yang bikin dunia terancam. Setelah aksi penyusupan yang penuh ledakan dan adegan baku hantam, mereka berhasil kabur, tapi dikhianati oleh agen lain di pesawat. Akhirnya, mereka memalsukan kematian dan memutuskan pensiun dari dunia spionase demi membesarkan anak mereka.
Lompat ke masa kini: Emily dan Matt hidup damai di pinggiran kota Atlanta bersama dua anak mereka, Alice dan Leo, yang nggak tahu apa-apa soal masa lalu orang tuanya. Tapi tentu saja, kedamaian itu nggak bertahan lama. Identitas mereka terbongkar, dan mereka harus kembali ke dunia spionase, kali ini sambil membawa anak-anak mereka yang clueless ke dalam petualangan penuh bahaya.
Salah satu daya tarik utama film ini adalah kembalinya Cameron Diaz ke dunia akting setelah hiatus panjang. Dia masih punya pesona dan timing komedi yang oke, apalagi saat beradu akting dengan Jamie Foxx. Chemistry mereka berdua cukup meyakinkan sebagai pasangan yang pernah jadi agen rahasia dan sekarang harus menghadapi tantangan sebagai orang tua sekaligus penyelamat dunia.
Beberapa adegan aksi juga cukup menghibur, meski nggak ada yang benar-benar standout. Penggunaan lagu-lagu klasik sebagai latar adegan aksi memberikan sentuhan humor yang menyenangkan, meski kadang terasa terlalu dipaksakan. Glenn Close sebagai ibu Emily juga memberikan warna tersendiri, meski perannya terasa agak berlebihan
Back in Action mengingatkan pada film-film seperti True Lies atau Spy Kids, di mana kehidupan keluarga biasa tiba-tiba terguncang oleh masa lalu yang penuh aksi dan rahasia. Namun, dibandingkan dengan film-film tersebut, Back in Action terasa kurang inovatif dan terlalu mengandalkan formula yang sudah sering dipakai. Beberapa penonton bahkan membandingkannya dengan The Family Plan (2023), yang memiliki premis serupa dan eksekusi yang lebih segar.
Film ini juga masuk ke dalam tren Netflix yang sering menghadirkan film aksi-komedi dengan bintang besar tapi cerita yang generik, seperti Red Notice atau Ghosted. Sayangnya, Back in Action tidak berhasil menonjol di antara film-film tersebut.
Back in Action adalah film yang cocok untuk ditonton sambil santai, mungkin sambil ngemil atau scroll media sosial. Kembalinya Cameron Diaz memberikan sentuhan nostalgia, dan chemistry-nya dengan Jamie Foxx cukup menyenangkan. Namun, plot yang klise, humor yang tidak selalu berhasil, dan kurangnya inovasi membuat film ini cepat terlupakan.
Jika kamu penggemar berat Diaz atau Foxx, mungkin film ini layak untuk ditonton. Tapi jika mencari film aksi-komedi yang benar-benar segar dan menghibur, mungkin lebih baik mencari pilihan lain.




Leave a Reply