ULASAN FILM

“Borderline”: Thriller dengan Sentuhan Komedi Gelap


menit

menit

/

Bayangkan kamu sedang menonton thriller yang penuh ketegangan, tetapi tiba-tiba ada momen absurd yang membuatmu tertawa. Itulah Borderline (2025), film yang memadukan ketegangan dengan humor gelap dalam satu paket unik. Film ini disutradarai oleh Jimmy Warden, yang sebelumnya menulis skenario “Cocaine Bear”, jadi sudah bisa dibayangkan betapa kacau ceritanya.

Ceritanya berpusat pada Paul Duerson (Ray Nicholson), seorang penggemar garis keras yang benar-benar fanatik terhadap Sofia (Samara Weaving), seorang penyanyi pop era 90-an yang kini kariernya mulai meredup. Masalahnya, Paul bukan sekadar penggemar biasa—ia yakin bahwa Sofia adalah belahan jiwanya, yang selama ini mengirimkan pesan-pesan rahasia melalui lirik lagunya.

Paul, yang baru saja melarikan diri dari rumah sakit jiwa, memiliki satu tujuan: menemukan Sofia dan “menyelamatkannya” dari kehidupan yang menurutnya palsu. Ia bahkan membawa serta sekelompok pasien lain yang juga melarikan diri, masing-masing dengan keyakinan yang tidak kalah aneh. Mereka mulai merancang rencana untuk menyusup ke rumah Sofia, dan di sinilah kekacauan dimulai.

Sofia pada awalnya menganggap ini hanya gangguan biasa—sesuatu yang mungkin sering dialami selebriti. Namun, setelah Paul benar-benar berhasil masuk ke rumahnya dengan rencana yang semakin gila, ia menyadari bahwa ini bukan sekadar gangguan biasa—ini adalah penculikan oleh penggemar yang benar-benar delusional.

Paul tidak hanya menculik Sofia, tetapi juga mempersiapkan acara pernikahan! Ya, kamu tidak salah baca. Ia bahkan membawa seorang pendeta yang diculik untuk meresmikan pernikahan tersebut. Namun, jika kamu berpikir ini sudah cukup aneh, ada satu twist yang lebih mengejutkan: Rhodes (Jimmie Fails), seorang pemain NBA yang kebetulan sedang dekat dengan Sofia, dipaksa mengenakan gaun pengantin dan berdiri di altar sebagai “pengantin” Paul. Dalam pikirannya yang sudah sepenuhnya terjebak dalam delusi, Paul bahkan tidak menyadari bahwa ia menikahi orang yang salah.

Sementara itu, Sofia berusaha kabur dengan berbagai cara, tetapi setiap rencananya selalu digagalkan oleh Paul, yang tampaknya selalu selangkah lebih maju. Meskipun situasinya penuh ketegangan, ada banyak momen absurd yang membuat penonton sulit menahan tawa. Misalnya, ketika Paul dengan penuh emosi memberikan wejangan cinta kepada Sofia dengan gaya dramatis ala film romantis, tetapi Sofia justru menatap kamera dengan ekspresi tidak percaya.

Akhirnya, polisi datang dan menangkap Paul. Namun, dalam pikirannya yang sudah terjebak dalam dunianya sendiri, ia merasa menang. Ia yakin telah menikahi Sofia dan mereka akan “hidup bahagia selamanya”—meskipun kenyataannya jauh berbeda.

Meskipun judulnya Borderline, film ini lebih berfokus pada tema obsesi dan delusi dibandingkan dengan penggambaran langsung Gangguan Kepribadian Ambang (Borderline Personality Disorder/BPD). Paul lebih cocok dikategorikan memiliki gangguan delusi atau skizofrenia, karena ia benar-benar percaya pada hal-hal yang tidak nyata.

Namun, film ini tetap relevan dalam membahas kesehatan mental, khususnya mengenai bahaya fanatisme berlebihan dan bagaimana seseorang bisa sepenuhnya kehilangan pegangan pada realitas. Sofia, sebagai korban dari obsesi ini, juga menggambarkan bagaimana tekanan dari ketenaran dapat berujung pada situasi yang berbahaya.

Borderline memiliki nuansa yang mirip dengan “Misery” (1990), di mana seorang penggemar obsesif menculik idolanya, atau “The Fan” (1996), yang menggambarkan obsesi seorang penggemar terhadap atlet favoritnya. Bedanya, Borderline lebih banyak memainkan elemen komedi absurd di tengah situasi yang seharusnya serius. Jadi, jika kamu menyukai film thriller tetapi juga menginginkan momen-momen humor yang tidak terduga, ini adalah film yang cocok untukmu.

Borderline bukan sekadar thriller biasa. Ini adalah film yang berhasil menggabungkan ketegangan, absurditas, dan kritik sosial tentang obsesi penggemar dalam satu paket yang menghibur. Dengan akting luar biasa dari Samara Weaving dan Ray Nicholson, serta naskah yang tajam, film ini layak untuk masuk dalam daftar tontonanmu. Bersiaplah untuk merasakan ketegangan sekaligus tawa sepanjang film!


Anda mungkin suka:


Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *